Spiga

salamsuper

Cerita Mudik II:Muzahid Dakwah

Sabtu, 30 Desember 2006, sehabis sholat maghrib dan membaca qur'an sebentar, aku beristirahat sambil membaca-baca buku kesukaanku. Cukup melelahkan juga perjalanan yang aku tempuh tadi siang dari Jakarta. Di luar sudah rame gema takbir yang dikumandangkan dari masjid dan mushola di kampungku.

Tiba-tiba Bapak datang menghampiriku, sambil membawa secarik kertas. Ha, tadi Bapa ketitipan pesan dari ustadz Agus. Dia minta tolong supaya kamu jadi Khotib Iedul Adha besok, menggantikan dia yang sedang kurang enak badan. Kalau kamu kesulitan mencari bahan, ini dia kasih beberapa rujukan dan dan referensi untuk materi khutbah. Kata Bapa sambil menyodorkan secarik kertas kepadaku. Aku kaget sekali,hah...,apa tidak ada yang lain pa?, kan saya tidak ada persiapan sama sekali. Lagian khutbah Ied Fitri kemarin kan saya, masa sekarang saya lagi, apa nanti warga tidak bosan, kataku. Insya Alloh tidak, dicoba saja yah.., sepertinya ustadz Agus sangat percaya sama kamu, kata Ayah. Iya.., anggap saja ini sebagai ladang amal bagi kamu dan untuk ibu, ujar Ibu menimpali. Mendengar itu, aku tidak bisa apa-apa lagi, walaupun dengan berat hati, kertas itu aku terima. Selanjutnya aku mulai mencoba menyusun konsep untuk khutbah besok.

Perlu diketahu, bahwa di kampungku, semenjak sebagian besar tokoh sepuh meninggal dunia, kendali dakwah dan syiar dipegang dan dipercayakan kepada ustadz Agus sendirian. Termasuk mengurus sebuah pesantren dan TK Islam. Ustadz Agus Masih muda, kira-kira usianya sekitar 35 tahunan. Memang tidak sedikit warga dikampungku, yang pemahaman agamanya diatas rata-rata. Mereka kebanyakan usianya masih muda. Tetapi sebagian besar dari mereka merantau ke kota. Sementara yang tersisa sepertinya enggan untuk turut berkecimpung dalam dunia ini.

Untuk itu ustadz Agus meminta kesediaan kakaku, yang ketika di pesantrennya dulu adalah adik kelas ustadz agus. Walaupun kakaku juga sering merantau ke luar kota, tetapi ketika di kampung selalu menyisihkan waktu untuk membantu kegiatan dakwah ustadz Agus. Ketika itu aku masih kuliah, terkadang akupun sering dimintanya untuk mengisi pengajian muda-mudi. Semampu yang aku bisa, akupun membantunya.

Tetapi semenjak kakakku dipanggil yang maha kuasa, sekitar 4 tahun yang lalu. Praktis ustadz Agus kembali sendirian, beliau hanya dibantu oleh istri dan beberapa orang santri kepercayaannya.

Untuk itu, mulai dua tahun kemarin, ustadz Agus memintaku untuk bisa terjun lebih banyak lagi. Beliaupun mengerti aku jarang pulang kampung. Paling hanya 1-2 bulan sekali saja, itupun tidak pasti, dan tidak lama. Hanya 1-2 hari saja di rumah, setelah itu langsung kembali. Akupun
menyadari, ilmu agamaku, belum seberapanya dibanding ustadz Agus dan Almarhum kakakku. Dan masih banyak juga teman-teman seangkatan atau kakak-kakak kelasku yang pemahaman Agamanya lebih bagus dariku. Tetapi entah mereka terlalu sibuk atau punya metoda sendiri, mereka tidak mau bergabung dalam dakwah yang dirintis Ustadz Agus. Dengan pertimbangan ini, aku menyatakan kesediaanku untuk bisa membantu ustadz Agus semampuku.

Dalam hal ini ustadz Agus hanya memintaku untuk mengisi khutbah jum'ah, pengajian ibu-ibu,pengajian pemuda dan khutbah ied hanya ketika aku pulang kampung saja. Beliaupun maklum, karenanya tidak membebaniku dengan jadwal tetap. Untuk khutbah dua Ied(Iedul Fitri dan Iedul Adha) mulai tahun kemarin ada perjanjian tidak tertulis, ustadz agus dan aku akan bergantian mengisinya. Tetapi entah kenapa,sudah tiga ied berturut-turut, dengan berbagai alasan, beliau selalu menyerahkannya kepadaku. Aku sebenarnya masih belum PD kalau disuruh khutbah semacam Ied seperti ini. Dikarenakan sebagian warga pulang dari perantauan, dengan kata lain, aku akan berdakwah didepan orang-orang yang ilmu agamanya jauh diatas aku. Apalagi bacaan dan hapalan qur'anku masih banyak yang harus diperbaiki. Belum lagi sikap dan amalanku yang lainnya masih banyak perlu perbaikan. Tetapi yang membuatku tetap maju adalah dorongan dari ustadz Agus sendiri, yang selalu mengingatkanku. Kalaulah semua orang berpikiran seperti kamu tadi, tidak akan pernah ada generasi dakwah, katanya. Semua orang pasti mengalami kesalahan, setiap orang pasti mempunyai kekurangan. Tetapi orang yang paling baik adalah orang yang bisa belajar dari kesalahan, dan terus belajar untuk memperbaiki kekurangan.

Mendengar ucapan ini, aku sempat termenung. Aku baru diminta bantuan seperti ini saja sudah ogah-ogahan. Ustadz Agus yang tiap hari melayani masyarakat, Subuh mengajar santri, pagi mengajar anak-anak di TK Al-qur'an, siang mengajar di madrasah diniyyah, sore memberikan pengajian ibu-ibu,malamnya mengajar para santri. Kesemua ini dilakukan tanpa pernah mengeluh. Sampai-sampai waktu untuk anak dan istrinya banyak habis tersita dakwah.

Inilah yang membuat aku lebih termotivasi. Mudah-mudahan Alloh SWT selalu memuliakan dan memberikan keistiqomahan dalam berdakwah, kepada ustadz Agus dan keluarga. Ammien...


0 komentar: