Spiga

salamsuper

Menyisihkan Waktu Sejenak

Kita tidak pernah melihat bintang-bintang bergerak, walaupun mereka bergerak jutaan kilometer perhari. Kita tidak pernah melihat pepohonan tumbuh, atau memperhatikan diri kita yang semakin tua setiap harinya. Kita bahkan tidak memperhatikan jarum jam yang bergerak.


Kita cenderung berpikir secara statis lalu terkejut oleh perubahan yang senantiasa terjadi didalam dunia ini, dan seringnya kejutan itu tidak mengenakan dan bahkan mematikan.

Coba kita sisihkan waktu sejenak untuk bersyukur atas hal-hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Renungkan tentang apa yang telah kita capai, orang-orang yang memperhatikan kita, pengalaman yang telah kita dapatkan, keahlian dan minat yang kita miliki, apa yang kita percayai, dan hal-hal terindah dalam hidup kita. Karena hidup dan kesempatan hanya datang sekali saja. Bagaimana dengan anda?

Read More..

Mengenggam Harapan

Sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar jalan. Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan tak cukup terang menerangi dagangan mereka. Di kanan kiri tumpukan puing-puing bongkaran pasar mengepung. Di depan, berlalu lalang kendaraan dan langkah-langkah cepat. Siapa pula yang tertarik membeli? Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan menawarkan dagangan. Kaos anak warna warni, sapu tangan, rok kecil, dan entah apa lagi. "Wahai suami istri pedagang, mengapa kalian yakin akan ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana kalian menjajakan barang ditengah keremangan dan keriuhan seperti ini?


"Kami tak kehilangan harapan," begitulah jawabnya. "Itulah satu-satunya kekuatan kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun kami tahu harapan takkan pernah meninggalkan mereka yang menggenggamnya." Berterimakasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan memberikan teladan dan menebar harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan lagit dan keruntuhan. Mereka peredup terik mentari kehidupan yang adakalanya terasa panas membakar. Bagaimana dengan anda? (sumber NN)

Read More..

Sebuah Misi Dalam Hidup..

Seorang wanita tua,bertubuh gemuk,dengan senyum jenaka disela-sela pipinya yang bulat,duduk menggelar nasi bungkus dagannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang penting harganya yang luar biasa murah.


Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga yang sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, "Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun". Tapi bukankah ia bisa menaikan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, "Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? siapa yang menyediakan sarapan buat mereka?" katanya sambil menunjukan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ketempat kerja.

Ah...! betapa cantiknya.., bila sebuah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua diatas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan manuasia, adalah tiang penyangga untuk menahan langit tak runtuh. Mrekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankan demikian tugas kita dalam bekerja?. menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.

Read More..

Sakit Itu Nikmat Yang Tak Ternilai

Ada yang sering menyaksikan acara reality show Operah Winfrey di MetroTV? awal september lalu tepatnya hari sabtu , 9 september 2006, dikisahkan suatu cerita yang sangat patut kita renungkan.

Saya sendiri tidak menonton tapi hanya dengar ceritanya saja.

Pada acara tersebut ditampilkan seorang gadis mungil berusia 5 tahun, asal USA, mengenakan kacamata plastik (mirip kacamata renang), lucu, manis, secara fisik terlihat normal (agak gemuk), dan berperilaku seperti anak-anak seusianya pada umumnya.

Hanya saja, si gadis kecil ini mengidap suatu penyakit bawaan sejak lahir yang sangat langka, yaitu tidak memiliki rasa sakit (tidak memiliki syaraf rasa sakit) di sekujur tubuhnya.

Sejak bayi, si kecil jarang rewel, atau menangis. Hanya terkadang suhu badannya yang menghangat. Penyakit bawaan yang diderita si kecil itupun baru diketahui (kalau tidak salah) ketika sang bocah mencolok-colok matanya karena gatal, dan tidak menangis kesakitan. Hanya saja darah tetap mengalir keluar. Akibat kejadian tersebut, satu matanya menjadi buta. Setelah kejadian itu, barulah dikenakan kacamata khusus untuk melindunginya.

Pernah suatu ketika, ketika gigi si kecil sudah tumbuh, saat kedua orangtuanya agak lengah, si kecil sedang asyik menggigit-gigit jari tangannya sendiri hingga hancur. Tentu saja si kecil tidak tetap tenang karena sama sekali tidak merasakan sakit.

Sebagai pencegahan, akhirnya diputuskan untuk mencabut semua giginya, tanpa sisa. Terutama sebagai pencegahan agar dia tidak sampai mengunyah lidahnya sendiri karena akan dianggap sebagai permen karet !!.

Karena kejadian-kejadian itulah, si kecil mendapat 'perhatian dan pengawasan extra' dari seluruh anggota keluarganya (kedua orang tuanya dan sang kakak). Karena dia telah kehilangan sensitifitas akan adanya bahayabahaya yang bisa menimpanya, hingga kini.

===========

Semoga bermanfaat, dan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.Dan kita kembali merenungi dan mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan Allah Subhana wata'ala kepada kita

serta meyakini bahwa segala ciptaan dan pemberian Allah Subhana wata'ala adalah tidak sia-sia.

Termasuk rasa sakit yang seringkali kita tidak sabar untuk menghadapinya.


"Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.

Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka"

Read More..

Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Jadi Bukit

Pepatah ini sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit." Kita biasa memaknainya, bahwa bila kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapatkan sepundi. Namun sesungguhnya pepatah itu tak sekedar berbicara hidup hemat, atau ketekunan menabung.


Pepatah ini menyiratkan tetang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung uang, yaitu: bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapatkan kebesaran dalam jiwa kita.

Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa sang pemiliknya? yaitu, bila disertaidengan secercah kasih sayang didalamnya. Ucapan terimakasih, sesungging senyum, sapaan ramah, mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.

Read More..

Dahsyatnya Sedekah

Dahsyatnya Sedekah
K.H. Abdullah Gymnastiar
---------------------------------

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah.

Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu naÃÊm telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***

Read More..