Spiga

salamsuper

Serba serbi di Negeri Singa.


Suatu ketika kami dan teman-teman dari Indonesia, jalan-jalan ke Little India atau yang akrab dikenal dengan sebutan Mustafa. Mustafa adalah suatu komplek yang diisi oleh mayoritas orang etnis India, disana dijual souvenir2 yang sangat menarik, tidak hanya yang berciri khas india saja, tapi berbagai macam souvenir dan cendera mata yang berbau singapore lainnya juga dijual disini. Memang sih kalau saya bandingkan dengan barang-barang ditempat lain, disini kwalitasnya sedikit lebih bagus, dan harganyapun relatif lebih murah. Itu sebabnya kami sangat penasaran mengunjungi pusat pembelanjaan cendera mata yang satu ini.


Sholat Isya di waktu maghrib


Dari tempat bekerja, kami berangkat kurang lebih pukul 17.00, waktu perjalanan by taksi kurang lebih 30 menit. Kami semuanya ada 7 orang, jadi kami bagi rombongan menjadi dua taksi. Sesampainya di Mustafa kami semua berpencar, maklum bagi orang Indonesia yang sangat hoby berbelanja oleh2 dengan budget terbatas, tempat ini menjadi pilihan uatama :-). Saya pun hanya tinggal berdua dengan teman saya Deny, yang lainnya entah kemana.

Jam sudah menunjukan pukul 19.30, saya pun mengajak Deny untuk sholat di mesjid yang tempatnya tidak jauh dari pusat perbelanjaan. Kami pun menuju mesjid, rupanya disana sholat jamaah sudah selesai. Yang belum sholat disana tinggal saya, Deny dan satu orang India. Karena tidak mau dijadikan imam Deny qomat duluan, tidak tahunya si India juga rupanya tidak mau jadi imam, dia juga malah qomat juga, jadi ada dua orang yang qomat waktu itu:-D. Maka akhirnya mau tidak mau saya harus jadi imam bagi mereka berdua. Karena jam di mesjid menunjukan jam 19.30-an, saya berasa di Indonesia jam segitu adalah waktunya sholat isya. Saya-pun niat sholat isya, dan nanti berniat menjamak takhir sholat maghrib. Dibelakang ternyata banyak yang bermasbuk berjamaah, sehingga shaf-pun menjadi penuh. Selesai rokaat ketiga, saya mau melanjutkan ke rakaat ke-4, tetapi dengan serempak semua makmum mengucapkan subhanalloh, mengoreksi tandanya ada yang salah, dan semuanya dalam posisi duduk tahiyat akhir. Saya pun kembali pada posisi duduk, kemudian duduk tahiyat akhir. Selesai salam saya bilang sama Deny, den bukannya kita tadi sholat isya?, kok pas mau rakaat ke-4 kalian malah mengoreksi saya. Deny malah senyum, ini waktu singapore man, mungkin kalo di Indonesia jam segini waktu Isya, tapi kalau disini masih waktu maghrib, makanya begitu kamu tambah rakaat ke-4, kita semua ya ngucapin subhanalloh. Oo.. iya saya baru sadar, waktu singapore dan Indonesia selisih satu jam, akhirnya saya sendiri mengulang sholatnya deh, karena tadi niatnya sholat isya he..he..


Taksi Gelap dan Antri Naik Taksi


Kebiasaan di Indonesia budaya antri itu jarang dipakai. Rupanya kalau di negeri Singa ini tidak hanya di kassa swalayan saja yang harus antri, tetapi nyetop taksi di tempat umum dan pusat2 perbelanjaan pun harus antri.

Singkat cerita setelah kami muter2 Mustafa, dan semua orang dari kami sudah berkumpul, walaupun dengan susah payah saling menunggu. Jam sudah menunjukan pukul 22.00, kendaraan umum lainnya pun sudah hampir tidak ada. Satu-satu nya angkutan umum yang masih berkeliaran adalah taksi, itupun sudah jarang2. Kami beberapa kali memberhentikan taksi, tapi tidak ada yang mau berhenti, sekalipun ada yang mau berhenti dia tiak mau pakai argo, maunya borongan, seperti beberapa taksi gelap di Indonesia. Tak tanggung2 Mustafa-Orchad dia mematok harga 50$, sangat jauh dengan tarif argo waktu berangkat yang tidak mencapai 10$. Ya.. kami pun tidak mau, deee..h ternyata memang benar nobody perfect, gak di Indonesia gak di Singapore kalau yang namanya oknum dan mapia mah tetep aja ada :-P. Kami coba memberhentikan taksi yang lainnya, tapi tidak ada yang mau berhenti. Sampai kami diberitahu oleh salah seorang keturunan India yang fasih berbahasa melayu, dia memberitahu bahwa kalau taksi resmi tidak akan mau berhenti di tempat sembarangan, sambil dia meunjukan semacam halte untuk menunggu taksi. Kami-pun menuju kesana, dan ternyata disana sudah banyak calon penumpang lainnya yang sedang menunggu giliran naik taksi. Dan jangan salah disana pun sistimnya FIFO (First In First Out), jangan harap taksi akan mau narik, kalau kita tidak anti di tempat antrian khusus yang sudah desain dari besi. mirip seperti antrian tiket masuk stadion lapangan bola.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya kami dapat giliran juga naik taksi, kami minta diturunkan di Lucky Plaza, karena kami sudah kangen masakan Indonesia. Seperti diketahui disana terdapat banyak makanan khas Indoensia, ada kedai Ojolali dengan gado2 dan sop buntut-nya ada juga Warung Pojok yang pada waktu itu baru buka, menu khas indonesianya lumayan lengkap dari mulai soto,sop,nasi timbel, gurame goreng dll. Kalau disini sudah tutup di food court lantai dasar juga ada nasi padang, walaupun sedikit aneh rasanya. Disebut aneh karena biasanya masakan padang itu terkenal dengan pedasnya, tapi kalau padang disini rasanya sedikit manis, mungkin karena cabe mahal kali yak.. :-D.

Kelompok kami cukup beruntung mendapatkan taksi normal dan tidak bermasalah, malahan si sopir taksinyapun mencarikan jalan yang cukup dekat tanpa muter2. Mustafa-Lucky Plaza hanya ditempuh kurang lebih 15 menit dengan ongkos argo hanya 5$. lain halnya dengan kelompok Aris yang mendapatkan taksi gelap, dia diturunkan ditempat agak gelap, ongkosnya kena 10$, Aris memberikan uang 50$, dikembalian 40$, dan tidak diberikan receive, (inilah kelebihan taksi singapore dia ada bill-nya, yang memuat perusahaan taksi, nomor kendaraan, jarak tempuh, dan biaya yang harus dibayar). Dan sialnya lagi kembalian yang diberikan si sopir taksi itu, bukan 40$, melainkan 40RM (Ringgit Malaysia). Selisihnya saja sudah jauh berbeda 1$=Rp 6.000 sementara 1RM=Rp 2.500. Paginya kami ngobrol2 dengan petugas Hotel, memang kalau malam hari katanya, banyak taksi dan sopir taksi gelap dari Malaysia katanya. Yah... memang orang gak di negara maju gak di negara berkembang, kalau yang namanya kejahatan mah tetep aja ada dan perlu di waspadai, untuk itu ingat pesan bang napi WASPADALAH.... WASPADALAH....

Read More..