Spiga

salamsuper

Kunjungan Balik ++

Sudah menjadi adat dan kebiasaan, apabila seorang pemuda menikahi seorang gadis yang berlainan kota, pihak keluarga si gadis penasaran juga ingin mengunjuangi tempat kelahiran dan keluarga sang pemuda. Kalau pada hari H pernikahan, sang pemuda membawa pasukan sebagai pengantarnya. Maka pada hari berikutnya atau di hari yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, keluarga dari sang gadis yang sekarang sudah resmi menjadi seorang istri, balas bertandang ke tempat keluarga sang pemuda yang kini telah menjadi seorang suami.

Begitulah yang terjadi pada saya saat ini. Mertua saya sepertinya sudah semangat 45 ingin mengunjugi tempat keluarga saya di Tasikmalaya. Apalagi setelah saya cerita, disana ada sebuah empang, dulu teman2 sering mancing disana dan bakar Ikan Gurame. Wah..tambah semangat saja mertua yang hobi mancing ini, sampai-sampai beliau mendadak membeli pancingan baru :-).
>>
Melihat tanggalan kamis, 10 Januari 2008 adalah tanggal merah 1 Muharam 1428 H. Sesuai ketetapan pemerintah, karena kejepit biasanya hari kerja berikutnya diambil cuti bersama. Maka mertua mengusulkan kunjungan plus mancing bareng hari kamis, saya pun langsung mengiyakan, sebab kemungikan jum'at-nya di liburkan. So, planing pun di buat, Rabu sore cabut dari kantor Jakarta menuju rumah mertua sekaligus tempat dimana istri dititipkan sementara di Bandung. Kamis pagi berangkat ke Tasik beserta rombongan, ramah tamah, mancing, bakar ikan. Rombongan balik ke Bandung kecuali saya, yang masih ada urusan untuk bayar Pajak STNK yang sebentar lagi habis.

Tapi rencana tinggal rencana, rabu sore ada e-mail masuk dari HRD bahwa “Untuk memberikan kebebasan pengambilan cuti, jum'at 11 Januari 2008, tidak ada cuti bersama”, hah... saya agak sedikit tersentak, mau mebatalkan rencana sangat tidak mungkin, karena mertua dan keluarga di Bandung sudah persiapan dengan semangat 45-nya. Mau ngambil cuti juga tidak akan bisa lagi, karena jatah cuti saya sudah habis. Tetapi “the show must go on” akhirnya planing sedikit berubah. Planing awal mulai keberangkatan sampai acara di Tasik tidak ada yang berubah. Tetapi saya akhirnya harus rela naik motor PP dengan istri, karena mobil yang ditumpangi walaupun ukurannya sudah cukup besar, sangat penuh, dikarenakan banyak tetangga yang ikut, apalagi mendengar ada acara mancing dan Bakar Gurame, para maniak mancing sepertinya tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut. Rombongan yang semula saya perkirakan hanya sekitar 10 orang saja, tiba-tiba membludak jadi lebih dari 20 orang.

Alhamdulillah di jalan kami tidak mendapatkan rintangan yang berarti, hanya jalan yang berkelok-kelok saja, khas jalur selatan. Berangkat jam 08.00 dari Bandung, saya dan istri yang menggunakan motor terlebih dahulu sampai ketujuan kurang lebih jam 10.00. Selang setengah jam kemudian rombongan yang menggunakan mobil datang. Wuih...Ada acara sawearan segala, ibu sudah mempersiapkannya di sana, bukan apa-apa katanya, itung-itung shodaqoh sama anak-anak tetangga, walaupun nilainya tidak seberapa. Saya lihat mereka sangat senang memunguti uang logam pecahan Rp 500-an campur permen yang di lempar-lemparkan oleh kakak. Ada sedikit sambutan juga dari ustadz Agus, sebagai perwakilan keluarga di Tasik sekaligus berkah do'a-nya bagi kami.

Selesai acara penyambutan, kamipun terpaksa tidak bisa menyia-nyiakan hidangan yang sudah tersedia. Hidangannya masakan desa, plus gurame bakar. Dua ekor gurame bakar ukuran besar dengan sekejap hanya tinggal tersisa durinya saja, kelapa muda-pun langsung disikat habis oleh rombongan, sampai-sampai kakak harus menambah stock persediaan kelapa muda.

Selesai urusan perut, kaum Bapak langsung menuju empang yang letaknya persis dibelakang rumah ibu. Acara mancing pun menjadi acara yang mengasyikan bagi para maniak mancing ini. Mereka pun sudah mempersiapkan alat pancing,umpan dan jaring ikan dengan lengkap. Bagi mereka yang kebetulan tidak membawa pancing, paman sudah mempersiapkannya, jadi mereka bisa juga ikutan memancing. Acara mancing tambah seru ketika ikan besar melahap umpan sebagian peserta. Sedikit persaingan dan ejek-ejekan antara mereka pun makin menghangatkan suasana. Sementara kaum Bapak memancing, kaum Ibu biasa melahap cemilan sambil ngobrol ngalor-ngidul.

Bagi mereka yang penasaran untuk membakar hasil pancingannya sendiri, kakak sudah mempersiapkan peralatan pembakaran ikan. Alhasil gurame hasil pancingan pun menjadi sasaran percobaan. Hasilnya langsung dimakan rame-rame, hmmm....nikmat benar menyantap bakar gurame dalam keadaan panas.

Walaupun kaum Bapak masih asyik dengan pancingannya, pukul 16.00 acara harus dihentikan, karena kami tidak ingin kemalaman dijalan, apalagi saya dan istri yang harus menggunakakan motor. Setelah beres-beres kamipun langsung meluncur menuju Bandung, seperti sebelumnya saya dan istri sampai duluan di Bandung, persis pas adzan maghrib. Saya pun langsung sholat dan istirahat, karena besok pagi harus kembali ke Jakarta untuk kembali bekerja. Saya bilang sama istri kemungkinan jum'at ini tidak pulang ke Bandung karena kamisnya sudah pulang. Tapi melihat matanya yang sembab penuh kecewa, dan hanya sepotong kalimat yang terucap “Masa sih aa tega sama aku”, saya pun menjadi tidak tega melihatnya. Mau tidak mau jum'at itu saya harus PP Bandung-Jakarta. Wuih... capeknya, tapi semua itu sirna karena disambut dengan muka ceria sang istri tercinta :-).

1 komentar:

  Cepi Nugraha

11:33 AM

ya... itulah enaknya punya istri ya kang.. walaupun cape.. tetapi capenya bisa hilang dengan adanya sambutan oleh istri tercinta.. ah..mangga sing rukun-rukun wae nya? di dunia ini sampai akhirat kelak..aamiin